Sejarah
Perkembangan Ilmu
(Tugas Metode Penelitian)
Oleh
Siti
Jarlina

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
FILSAFAT
1. Mitos dan Logos (6 SM)
Mitos atau mite adalah cerita prosa
rakyat yang menceritakan kisah masa lalu (masa lampau), yang mengandung
penafsiran tentang alam semesta serta keberadaan makhluk di dalamnya, dan
dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam
pengertian yang lebih luas, mitos dapat mengacu kepada cerita
tradisional (cerita kuno). Pada umumnya, mitos menceritakan kejadian alam
semesta, dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk topografi, kisah
para mahkluk supranatural, dan sebagainya. Mitos bisa muncul dari
catatan peristiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan.
Sedangkan logos, termasuk konsep salah satu kunci dalam agama Yahudi. Kata logos dalam bahasa Ibrani, davar, sangat erat hubungannya dengan penciptaan, kristologi, soteriologi, dan teologi. Kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda, atau "buah pikiran" yang diungkapkan dengan perkataan, pertimbangan nalar, atau arti. Dalam bahasa Ibrani, davar berarti hal yang berada di belakang, yang berarti firman Tuhan, yang dianggap sejajar dengan sofia (hikmat), yaitu perantara (wasilah) Tuhan dengan makhluk ciptaannya.
Sekitar abad ke-6 S.M. sudah mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu manusia mulai mencari jawaban-jawaban rasional tentang masalah-masalah yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mitos (mythos), dengan begitulah filsafat dilahirkan. Bisa dikatakan bahwa kata "logos" mempunyai arti yang lebih luas dibandingkan kata "rasio". Logos berarti baik kata (tuturan, bahasa) maupun juga rasio
Sedangkan logos, termasuk konsep salah satu kunci dalam agama Yahudi. Kata logos dalam bahasa Ibrani, davar, sangat erat hubungannya dengan penciptaan, kristologi, soteriologi, dan teologi. Kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda, atau "buah pikiran" yang diungkapkan dengan perkataan, pertimbangan nalar, atau arti. Dalam bahasa Ibrani, davar berarti hal yang berada di belakang, yang berarti firman Tuhan, yang dianggap sejajar dengan sofia (hikmat), yaitu perantara (wasilah) Tuhan dengan makhluk ciptaannya.
Sekitar abad ke-6 S.M. sudah mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu manusia mulai mencari jawaban-jawaban rasional tentang masalah-masalah yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mitos (mythos), dengan begitulah filsafat dilahirkan. Bisa dikatakan bahwa kata "logos" mempunyai arti yang lebih luas dibandingkan kata "rasio". Logos berarti baik kata (tuturan, bahasa) maupun juga rasio
THEOLOGI
2. Ancilla theologae (Abad Tengah 14 M)
Zaman abad
pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan.
Para ilmuan pada masa ini hamper semua adalah para teolog, sehingga aktivitas
ilmiah terkait dengan aktivitas keaagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu
pada masa ini adalah ancilla theologia. Periode abad pertengahan
mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu
terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang di ajarkan
oleh Nabi Isa as. Pada pemulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap
kepercayaan keagamaan.
Agama Kristen menjadi
problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhan lah yang
merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno
yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum
mengenl adanya wahyu.
Mengenai sikap Yunani
ada dua :
a. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani,
karena pemikiran
Yunani merupakan pemikiran
orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
b. Menerima
filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan
Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti juga
kebijaksanaan yang datangnya dari
Tuhan. Mungkin akal tidak tidak dapat
mencapai kebenaran yang sejati maka
akal dapat dibantu dengan wahyu.
FILSAFAT AGAMA
3. Renaissance (Abad Modern 14-15 SM)
Ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiaran yang bebas dari
dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan
abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada
zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin
mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan campur tangan
Illahi . ilmu pengetehuan yang berkembang maju pada saat ini adalah bidang
astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes
Keppler, Galileo Galilei dengan berbagai penemuan yang dibuat oleh mereka
ILMU CABANG
4.aufklarung (abad modern 18 m-19 m)
Filsafat abad ke-18 di Jerman disebut Zaman
Aufklarung atau zaman pencerahan yang di Inggris dikenal dengan
Enlightenment,yaitu suatu zaman baru dimana seorang ahli pikir yang cerdas
mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Zaman
ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa dalam pemikiran
filsafatnya. Namun setelah Immanuel Kant mengadakan penyelidikan dan kritik
terhadap peran pengetahuan akal barula manusia terasa bebas dari otoritas yang
datang dari luar manusia demi kemajuan peradaban manusia. Pemberian nama ini
juga dikarenakan pada zaman itu manusia mencari cahaya baru dalam
rasionya. Immanuel Kant mendefenisikan zaman itu dengan mengatakan, “Dengan
Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak balig yang
dengannya ia sendiri bersalah.” Apa sebabnya manusia itu sendiri yang bersalah?
Karena manusia itu sendiri tidak menggunakan kemungkinan yang ada padanya,yaitu
rasio.Sebagai latar belakangnya,manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti,biologi,filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan . Disisi lain jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac Newton ( 1642-1727) memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi,yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan analisis. Dengan demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia Barat yang
A. Rasionalisme
Rasionalisme mementingkan unsur apriori dalam pengenalan , berarti
unsur
–unsur yang terlepas dari segalah pengalaman
B.
Empirisme
Sedangkan Empirisme menekankan
unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari pengalaman(
seperti Locke yang menganggap rasio sebagai” Lembaran putih “- as a white
paper).
C.
Kritisisme
Menganggap bahwa objek pengenalan itu
berpusat pada subjek dan bukan pada objek. Kritisme menegaskan keterbatasan
kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atauhakikat sesuatu; rasio
hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.
D. Idealisme
Idealisme mempunyai argumen epistimologi tersendiri.
Oleh karena itu tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung
pada spirit (roh). Argumen yang diajukan bahwa objek-objek fisik pada akhirnya
adalah ciptaan Tuhan. Argumen orang-orang idealis mengatakan bahwa objek-objek
fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit .
Idealis secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah madzhab epistimologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Lawan rasionalisme dalam epistimologi ialah empirisme yang mengatakan bahwa pengetahuan bukan dari akal, melainkan melalui pengalaman empiris.
Idealis secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah madzhab epistimologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Lawan rasionalisme dalam epistimologi ialah empirisme yang mengatakan bahwa pengetahuan bukan dari akal, melainkan melalui pengalaman empiris.
E. Positivisme
Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang berdiri sendiri. Ia hanya menempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Artinya ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukurannya. Jadi pada dasarnya positivisme itu sama dengan empirisme dan rasionalisme. Hanya bedanya empirisme menerima pengalaman batiniah sedangkan positivisme membatasi pada pengalaman objektif saja . Pelopor utama positivisme adalah Auguste Comte (1798-1857), seorang filsuf perancis yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan sains dan teknologi modern.
Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang berdiri sendiri. Ia hanya menempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Artinya ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukurannya. Jadi pada dasarnya positivisme itu sama dengan empirisme dan rasionalisme. Hanya bedanya empirisme menerima pengalaman batiniah sedangkan positivisme membatasi pada pengalaman objektif saja . Pelopor utama positivisme adalah Auguste Comte (1798-1857), seorang filsuf perancis yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan sains dan teknologi modern.
FAKTOR HEURISTIC (ABAD KONTEMPORER)
5. Fenomenologi
Secara harfiah fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham
yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan
kebenaran. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang menampakkan
dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung.
Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran, “a way of looking at things”.
Fenomenalisme adalah tambahan pada pendapat Brentano bahwa subjek dan
objek menjadi satu secara dialektis. Tidak mungkin ada hal yang melihat. Inti
dari fenomenalisme adalah tesis dari “intensionalisme” yaitu hal yang disebut
konstitusi.
6. Strukturalisme
Strukturalisme
adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu
kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistik. Strukturalisme
merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam
sejarah filsafat. Di sini metodologi struktural dipakai untuk membahas tentang
manusia, sejarah, kebudayan dan alam, yaitu dengan membuka secara sistematik
struktur-struktur kekerabatan dan struktur-struktur yang lebih luas dalam
kesusasteraan dan dalam pola-pola psikologik tak sadar yang menggerakkan
tindakan manusia.
7. Neopositivisme
neopositivisme adalah penganut
suatu aliran dalam filsafat yang menanamkan juga diri mereka sebagai kaum
“empiris logika”. Dapat juga disebut kaum “fisikalis”, bahkan beberapa dari
mereka menanamkan sebagai penganut “logistik “ (logika formalis atau logika
simbolis). Kaum neopositivisme mempunyai
keyakinan bahwa filsafat sebagai ilmu hanya “aman” dalam tangan mereka sendiri
dan bahwa tiap orang mempelajari filsafat menurut cara lain mungkin ada
mengerjakan sesuatu yang sangat penting dan luhur, tetapi bahkan mengerjakan
sesuatu secara ilmu. Nama neopositivisme telah menyatakan bahwa kita disini
seperti halnya neokantianisme berhadapan dengan suatu pergerakan yang merupakan
suatu lanjutan dari aliran-aliran yang lama.
PUSTAKA ACUAN
Kartenagara,Mulyadhi. 2005. Panorama
Filsafat Ilmu. Cet II; Bandung:Mizan Pustaka.
Muntansyir,
Rizal, dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
http://agung-theraider.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-dan-perkembangan-ilmu-di.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar