Rabu, 19 Oktober 2016

contoh pembuatan jurnal



J. Agrotek Tropika
Vol. XX, No. X: XX – XX, Mei 2015
 
 
KOMPATIBILITAS JAMUR  ENTOMOPATOGEN METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN  BABADOTAN (AGERATUM CONYZOIDES) TERHADAP KEPIK HIJAU (NEZARA VIRIDULA) DI LABORATORIUM

Oleh

Siti Jarlina1, Ir. Lestari Wibowo, M.P2, Ir. Agus M. Hariri, M.P.2

1) Mahasiswa Program S1 jurusan Agroteknologi
2) Dosen Pembimbing jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRAK

Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu tanaman (OPT).  Hama merupakan salah satu OPT yang penting karena hama mampu menurunkan produksi secara signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.  Salah satu jenis hama penting adalah  Nezara viridula L. atau yang biasa disebut kepik hijau.  Kepik hijau mempunyai inang tanaman antara lain antara lain kacang-kacangan, padi, jagung, tembakau, kentang, cabai, kapas, jeruk, buncis dan berbagai tanaman polong.  Tanaman yang terserang hama ini menjadi kerdil sehingga kuantitas maupun kualitas hasil panen serta daya kecambah akan menurun. Teknologi pengendalian yang tersedia hanya mengandalkan satu per satu cara teknologi pengendalian , namun perkembangan populasi di lapangan terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompatibilitas pertumbuhan jamur entomopatogen M. anisopliae dan ekstrak daun babadotan serta pengaruhnya terhadap mortalitas N. viridula. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama berupa uji kompatibilitas M. anisopliae dan ekstrak daun babadotan pada PDA.  Tahap kedua adalah aplikasi campuran suspensi M. anisopliae dan ekstrak daun babadotan terhadap mortalitas N. viridula. Hasil percobaan menunjukkan bahwa M. anisopliae tidak kompatibel dengan ekstrak daun babadotan. Hal tersebut ditunjukkan  oleh penurunan pertumbuhan koloni, daya kecambah dan sporulasi jamur M. anisopliae secara nyata serta  aplikasi campuran suspensi M. anisopliae dan ekstrak daun babadotan yang tidak berpengaruh meningkatkan mortalitas N. Viridula.

Kata kunci:  N. viridula, M. anisopliae, ekstrak daun babadotan, kompatibilitas, mortalitas





PENDAHULUAN




Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu tanaman (OPT).  Hama merupakan salah satu OPT yang penting karena hama mampu menurunkan produksi secara signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.  Salah satu jenis hama penting adalah  Nezara viridula L. atau yang biasa disebut kepik hijau (Mastro, 2000).
Berbagai jenis tanaman yang dapat menjadi inang kepik hijau antara lain kacang-kacangan, padi, jagung, tembakau, kentang, cabai, kapas, jeruk, buncis dan berbagai tanaman polong.  Kepik hijau terdapat di daerah tropis dan subtropis (Kalshoven, 1981), dengan daerah penyebaran yang luas mulai dari Eropa Selatan, Afrika Selatan, Asia Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Sudarmo, 1994).  Tanaman pangan yang  terserang hama ini dapat menjadi kerdil sehingga kuantitas maupun kualitas hasil panen serta daya kecambah akan menurun (Harahap dan Tjahjono, 2004).
Pengendalian hama pada tingkat petani umumnya menggunakan pestisida kimiawi sintetik.  Pengunaan pestisida kimia sintetik yang berlebihan akan meninggalkan residu bagi lingkungan, mengganggu kesehatan manusia bahkan juga berpengaruh buruk terhadap organisme lain bukan target.  Sehingga dibutuhkan alternatif lain seperti penggunaan jamur entomopatogen seperti M. anisopliae (Sarjan, 2007).
M. anisopliae adalah salah satu jamur entomopatogen yang memiliki spektrum  luas dan dapat menginfeksi hama lebih dari 100 spesies dari beberapa ordo serangga (Willis, 2010).  Jamur ini menghasilkan sejenis cairan khusus dalam mematikan serangga hama.  Cairan khusus tersebut adalah microsclerotia, yang dapat merusak sistem sirkulasi dalam tubuh serangga sehingga menyebabkan  kematian (Widiyanti dan Muyadihardja, 2004).
Selain penggunaan jamur entomopatogen M. anisopliae,  alternatif lain dapat menggunakan pestisida nabati.  Menurut Samsudin (2008), pestisida nabati merupakan pestisida yang berasal dari tumbuhan sehingga mudah terurai dan residunya mudah hilang.  Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati  adalah babadotan (Ageratum conyzoides).  Pestisida nabati  ini mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri (Plantus, 2008 dalam Sianturi, 2009).  Lebih lanjut Samsudin (2008) menyatakan bahwa kandungan aktif ekstrak babadotan  mampu menghambat pertumbuhan larva S. litura menjadi pupa.

Saat ini mulai banyak dikembangkan pengkombinasian antara jamur entomopatogen dan pestisida nabati yang diharapkan aplikasinya akan lebih efektif.  Menurut Prayogo (2009b) dalam Prayogo (2011) menyatakan bahwa kombinasi antara cendawan L. lecanii dengan beberapa insektisida nabati seperti serbuk biji srikaya (Annona squamosa), serbuk biji jarak (Jatropha curcas), dan daun pacar cina (Aglaia odorata) bersifat sinergis.  Sedangkan  jamur entomopatogen M. anisopliae terhadap suatu jenis hama jika digunakan secara bersama dengan ekstrak daun babadotan belum banyak dilaporkan  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompatibilitas pertumbuhan jamur entomopatogen M. anisopliae dan ekstrak daun babadotan serta pengaruhnya terhadap mortalitas N. viridula.


METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Lampung  sejak bulan Juli  2014 sampai dengan bulan Desember  2014.



Rancangan Percobaan.  Penelitian ini terdiri dari 2 tahap yang percobaannya disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tahap pertama yaitu pengujian kompatibilitas pertumbuhan jamur entomopatogen M. anisopliae pada PDA setelah diberi ekstrak daun babadotan  dengan menggunakan 4 perlakuan  dan 4 ulangan. Tahap kedua yaitu aplikasi campuran suspensi M. anisopliae dan ekstrak daun babadotan terhadap mortalitas kepik hijau dengan menggunakan 6 perlakuan dan 4 ulangan.  Data yang diperoleh diuji dengan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan pengujian BNT dengan taraf  nyata 5%.
Jamur M. anisopliae.  Biakan murni Jamur diperoleh dari Balai Pengembangan Proteksi Tanaman Tegineneng, Lampung.  Jamur  diperbanyak pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dan media jagung yang diinkubasi selama + 2 minggu pada suhu ruang.
Ekstrak Daun Babadotan. Ekstrak daun babadotan yang digunakan pada pengujian kompatibilitas dan pengujian aplikasi terhadap mortalitas kepik hijau sebanyak 1 ml, 2 ml, 3ml.  Pada aplikasi masing- masing ekstrak babadotan  ditambahkan suspensi M. anisopliae 10 ml dan perata perekat sebanyak 1ml/L.

1. Uji Kompatibilitas
A. Daya Kecambah Konidia
Hasil pemanenan spora M. anisopliae pada PDA tanpa penambahan ekstrak daun babadotan sebagai kontrol dan pemanenan spora pada PDA yang telah dicampur dengan ekstrak daun babandotan  sesuai dengan masing-masing perlakuan. Pemanenan dilakukan dengan menambahkan 5 ml aquades pada PDA Kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi.  Setelah itu, suspensi konidia M. anisopliae diinkubasikan pada suhu 25oC selama 24 jam.   Perkecambahan konidia diamati menggunakan mikroskop cahaya.  Konidia dinyatakan berkecambah apabila panjang tabung kecambah telah melebihi diameter konidia. Daya kecambah konidia ditentukan dengan rumus:
dengan:
V = daya kecambah konidia (%),
K1= jumlah konidia yang berkecambah,
K2= jumlah konidia yang diamati.
Persentase penurunan daya kecambah konidia dihitung
dengan rumus:
dengan:
Mr =  Persentase penurunan daya kecambah,
M1=  Daya kecambah konidia pada media yang tidak
diberi ekstrak daun babadotan (kontrol)
M2=  Daya kecambah konidia pada media yang diberi
ekstrak daun babadotan

B. Pertumbuhan Koloni
Pengaruh ekstrak daun babadotan terhadap pertumbuhan koloni cendawan ditentukan dengan cara mengukur diameter koloni cendawan setiap lima hari yang dimulai dari hari ke-5 sampai hari ke-15 setelah inokulasi.  Pertumbuhan koloni diukur pada setiap spot pertumbuhan koloni M. ansiopliae pada masing-masing perlakuan. Persentase penurunan pertumbuhan koloni cendawan dihitung dengan rumus:
dengan :
Nr =  Persentase penurunan pertumbuhan koloni,
N1=  Pertumbuhan koloni cendawan pada media yang
         tidak diberi ekstrak daun babadotan,
N2=  Pertumbuhan koloni cendawan pada media yang
diberi ekstrak daun babadotan

C. Sporulasi
Pengaruh ekstrak babadotan terhadap sporulasi cendawan ditentukan dengan menghitung jumlah spora yang dihasilkan cendawan pada masing-masing perlakuan setelah diinkubasi selama 15 hari pada cawan petri.  Konidia cendawan dipanen dengan cara menambahkan 5 ml akuades steril dalam cawan Petri. Konidia dilepaskan dari media dengan menggunakan kuas halus.  Suspensi disaring dan konsentrasi konidia dihitung dengan menggunakan hemositometer. Persentase penurunan sporulasi dihitung dengan rumus :
dengan :
Sr = Persentase penurunan sporulasi,
S1= Jumlah konidia yang dihasilkan cendawan pada media yang tidak diberi ekstrak daun babadotan (kontrol),
S2= Jumlah konidia yang dihasilkan cendawan pada media yang diberi ekstrak daun babadotan

D. Perhitungan Nilai Kompatibilitas
Untuk mengetahui kompatibilitas ekstrak daun babadotan terhadap M. anisopliae, maka data hasil pengamatan kompatibilitas dimasukkan ke dalam rumus T dari Alves et al. (1998) dalam  Depieri et al. (2005) sebagai berikut :
dengan:
T       =  Nilai kompatibilitas,
VG    = Nilai relatif pertumbuhan koloni perlakuan  dibandingkan dengan kontrol (%),
SP      = Nilai relatif sporulasi perlakuan dibandingkan dengan kontrol (%).

Nilai T dibagi kedalam kategori sebagai berikut:
0-30 sangat tidak kompatibel ; 31-45 tidak kompatibel; 46-60 kurang kompatibel; dan
> 60 kompatibel.

2. Pengaruh aplikasi ekstrak jamur entomopatogen M. anisopliae dan pestisida nabati ekstrak daun babadotan (A.  conyzoides) terhadap mortalitas N. viridula.
Setiap satuan percobaan menggunakan serangga uji nimfa kepik hijau instar 4 atau 5 sebanyak 10 ekor.  Aplikasi dilakukan 3 kali penyemprotan pada masing-masing perlakuan sebanyak (2 ml).  Indikasi kematian dilakukan dengan cara mengamati serangga yang mati di bawah mikroskop, apakah pada tubuh serangga uji  tumbuh cendawan M. anisopliae.  Persentase kematian serangga dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dengan:
M  =  mortalitas serangga (%)
n    =  serangga yang mati (ekor)
N   =  jumlah serangga yang di uji (Rustama et al, 2008)




















Hasil dan Pembahasan

Daya kecambah konidia.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pestisida nabati ekstrak daun babadotan berpengaruh nyata menurunkan daya kecambah konidia M. anisopliae (Tabel 2).  Daya kecambah konidia setelah 24 jam pada berbagai perlakuan pestisida nabati ekstrak babadotan berkurang hingga 85,07 %.



Tabel 2. Pengaruh pemberian ekstrak daun babadotan terhadap daya kecambah konidia M. anisopliae setelah inkubasi selama 24 jam
Perlakuan
Daya kecambah konidia %
Presentase penurunan
Kontrol (0 ml)
40,96 a
0,00
1 ml
22,36 b
45,42
2 ml
8,04 c
80,37
3 ml
6,11 d
85,07
Pr < F
0,0001
-
BNT 0,05
1,1936
-




 Keterangan: Pr < F 0,1 = sangat nyata.  Nilai sekolom yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada Uji BNT taraf nyata 5 %.



Pada tabel 2 menunjukkan bahwa pestisida nabati ekstrak babadotan secara nyata menghambat perkecambahan konidia jamur M. anisopliae.  Pada perlakuan penambahan 1 ml ekstrak babadotan nyata menghambat perkecambahan konidia


dengan penurunan sampai 45,42 %.  Bahkan pada perlakuan penambahan 2 ml dan 3ml ekstrak babadotan daya kecambah konidia M. anisoplaie hanya 8,04 % dan 6,11 %.  Semakin tinggi penambahan ekstrak babadotan maka akan semakin tinggi tingkat penghambatan.

Penurunan daya kecambah dapat perpengaruh terhadap kemampuan M.anisopliae dalam membunuh serangga hama karena perkecambahan konidia merupakan tahap penting dalam proses menginfeksi serta membunuh serangga hama (Tanada & Kaya 1993; Bidochka et al., 2000 dalam Trizelia & Rusli, 2012 ).  Lebih  lanjut pracaya (2004) menyatakan bahwa perkecambahan konidia tergantung pada temperatur, kelembaban, dan waktu.  Temperatur optimum untuk pertumbuhan berkecambah pada kelembaban di atas 90 %, patogenisitas jamur M. anisopliae akan menurun apabila kelembaban udara di bawah 86 %.  Dari segi waktu yang optimal M. anisopliae akan berkecambah pada 30 jam setelah inkubasi (Gabriel dan Riyanto, 1989).

Pertumbuhan koloni


Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak daun babadotan menghambat pertumbuhan koloni jamur entomopatogen M.anisopliae.  Pada perlakuan dengan penambahan ekstrak
babadotan 2 ml dan 3 ml, pestisida nabati ekstrak babadotan secara nyata menghambat pertumbuhan koloni M. anisopliae (Tabel 3).




Perlakuan
Diameter koloni (cm)

5 hsa
% penurunan
10 hsa
% penurunan
15 hsa
% penurunan
Kontrol (0 ml)
1,12 a
0,00
1,81 a
0,00
3,11 a
0,00

1 ml
0,91 b
18,67
1,59 b
12,12
2,60 b
16,37

2 ml
0,78 c
30,22
1,51 b
16,80
2,17 c
30,34

3 ml
0,78 c
30,67
1,42 b
21,76
1,97 c
36,76

Pr < F
0,0002
-
0,0025
-
0,0001
-

BNT 0,05
0,1271
-
0,1771
-
0,2724
-










Tabel 3. Pengaruh pemberian ekstrak daun babadotan terhadap pertumbuhan koloni M. anisopliae setelah inkubasi selama 15 hari
 Keterangan: Pr < F 0,1 = sangat nyata.  Nilai sekolom yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada Uji BNT taraf nyata 5 %.



Pada perlakuan penambahan 2 ml dan 3 ml ekstrak babadotan pertumbuhan koloni M.anisopliae pada hari ke 15 hanya sebesar 2,17 dan 1,97 %.  Tingkat penurunan pertumbuhan koloni jamur M.anisopliae sekitar 16,37 - 36,76 %.  Terjadinya penurunan pertumbuhan koloni cendawan entomopatogen pada media yang mengandung ekstrak tanaman juga dilaporkan oleh Trizelia dan Rusdi Rusli (2012) yang mengatakan bahwa minyak serai wangi secara nyata menghambat pertumbuhan koloni cendawan entomopatogen B. bassiana.  Pada konsentrasi 0,3 dan 0,5 %, cendawan tidak mampu berkembang. Tingkat penurunan pertumbuhan koloni cendawan sekitar 36,73 - 90,30 %. Tingkat penghambatan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin besar konsentrasi yang digunakan maka akan semakin tinggi tingkat penghambatan.



Sporulasi


Hasil percobaan menunjukkan bahwa pestisida nabati ekstrak babadotan secara nyata menurunkan tingkat sporulasi jamur entomopatogen M. anisopliae. Ekstrak babadotan secara nyata menurunkan jumlah konidia yang dihasilkan dan tingkat penurunan sangat bergantung pada jumlah penambahan ekstrak babadotan pada setiap perlakuan
(Tabel 4).



Tabel 4. Pengaruh pemberian ekstrak daun babadotan terhadap sporulasi M. anisopliae setelah inkubasi selama 15 hari
Perlakuan
Jumlah konidia ( x108/ml )
Presentase penurunan (%)
Kontrol ( 0 ml)
40,45 a
0
1 ml
20,35 b
49,69
2 ml
10,15 c
74,90
3 ml
9,35 d
76,88
Pr < F
0,0001
-
BNT 0,05
0,6559
-



   
  Keterangan: Pr < F 0,1 = sangat nyata.  Nilai sekolom yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada Uji BNT taraf nyata 5 %.



Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa ekstrak babadotan  menurunkan kemampuan jamur dalam bersporulasi secara nyata dibandingkan dengan kontrol.  Pada kontrol, jamur M. anisopliae mampu menghasilkan konidia sebanyak 40,45 x 107 konidia/ml.  Pada perlakuan penambahan 1 ml ekstrak babadotan secara nyata menghambat M.anisopliae bersporulasi dengan penurunan sampai 49,69 %.  Pada perlakuan penambahan 2 ml dan 3 ml ekstrak babadotan M.anisoplaie  bersporulasi hanya mencapai 10,15 % dan 9,35 %.  Tingkat presentase penurunan M.anisoplaie  bersporulasi mencapi 76, 88 % pada perlakuan dengan penambahan ekstrak babadotan.  Persentase penurunan sangat bervariasi tergantung pada jumlah ekstrak babadotan yang diberikan. 
Kemampuan sporulasi juga dapat digunakan sebagai  kemampuan isolat untuk penetrasi ke  inang sasaran.  Isolat yang virulen  memiliki kemampuan sporulasi yang  lebih baik dibandingkan dengan isolat  yang avirulen.  Semakin tinggi tingkat sporulasi berarti semakin besar kemampuan jamur entomopatogen menginfeksi (Trizelia, 2005 dalam Mardiana et al, 2015).




Nilai Kompatibilitas
Berdasarkan nilai T, klasifikasi kompatibilitas ekstrak daun babadotan dengan jamur entomopatogen M. anisopliae dapat dilihat pada Tabel 5.  
Tabel 5. Klasifikasi kompatibilitas ekstrak babadotan dengan jamur entomopatogen M. anisopliae
Perlakuan
T
Tingkat kompatibilitas*
1ml
57,10
Kurang kompatibel
2ml
34,91
Tidak kompatibel
3ml
32,54
Tidak kompatibel



* klasifikasi menurut Alves et al. (1998) dalam Depieri et al. (2005)



Pada tabel 5 menunjukkan bahwa ekstrak daun babadotan pada tiga perlakuan yang diuji tidak kompatibel dengan jamur entomopatogen M. anisopliae.  Perlakuan dengan ekstrak babadotan pada perlakuan 1ml sudah bersifat kurang kompatibel terhadap jamur M. anisopliae dan apabila ditingkatkan jumlah penambahan pestisida nabati menjadi 3 ml maka dapat bersifat tidak kompatibel terhadap jamur M. anisopliae. Nilai kompatibilitas ini menunjukkan bahwa ekstrak daun babadotan dan M. anisopliae tidak kompatibel dan didukung oleh data yang menunjukkan menurunnya pertumbuhan koloni, daya kecambah dan sporulasi jamur M. anisopliae secara nyata.  Oleh karena itu Penggunaan ekstrak babadotan yang tidak kompatibel dengan jamur cendawan entomopatogen M. anisopliae tidak disarankan untuk diaplikasikan secara bersamaan.
Trizelia (2008) dalam Mardiana, et al (2015) melaporkan bahwa jamur entomopatogen M. anisopliae yang dikombinasikan dengan ekstrak etanol daun dan bunga paitan tidak kompatibel. Pada tiga konsentrasi (0,1; 0,3; 0,5 %) secara nyata mengurangi pertumbuhan koloni, daya kecambah, dan sporulasi M. anisopliae dibandingkan kontrol. Penurunan tersebut sangat dipengaruhi konsentrasi ekstark etanol daun dan bunga paitan.


Mortalitas N. viridula setelah aplikasi suspensi jamur entomopatogen M. anisopliae dan pestisida nabati ekstrak daun babadotan
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pestisida nabati ekstrak daun babadotan dan M. anisopliae tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas N. viridula (Tabel 6).  Mortalitas mencapai 76.66 % sampai hari ketujuh.
Tabel 6. Mortalitas N.viridula 7 hari setelah aplikasi
Perlakuan
Mortalitas N. viridula L. %
Kontrol
0,00 c
Suspensi M. anisopliae 107 konidia spora/ ml
63.33 b
Ekstrak daun babadotan

70,00 ab
Suspensi M. anisopliae 10 ml ditambahkan ekstrak daun babadotan 1 ml

70,00 ab
Suspensi M. anisopliae 10 ml ditambahkan   ekstrak daun babadotan 2 ml

76,66 a
Suspensi M. anisopliae 10 ml ditambahkan ekstrak daun babadotan 3 ml
76,66 a
Pr < F
0,0001
BNT 0,05
10,271
















Ketrangan: Pr < F 0,1 = sangat nyata.  Nilai sekolom yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada Uji BNT taraf nyata 5%.



Pada tabel 6 menunjukkan bahwa pencampuran pestisida nabati ekstrak babadotan dan suspensi M.anisopliae yang di aplikasikan kepada N. viridula tidak berpengaruh nyata.  Pada perlakuan apikasi suspensi M. anisopliae yang mengandung konidia spora 107/ml sebesar 63.33 %, sedangkan perlakuan pada pencampuran suspensi  M. anisopliae 10 ml dan ekstrak babadotan 1 ml sebesar 70 %.   Mortalitas sertinggi mencapai 76.66 % pada perlakuan penambahan babadotan 2 dan 3 ml pada 10 ml M. anisopliae.
Data ini menunjukkan bahwa aplikasi secara terpisah jamur entomopatogen
M. anisopliae dan ekstrak babadotan lebih efektif dan hemat dibandingkan secara bersamaan.  Hal ini berarti ekstrak babadotan dan jamur entomopatogen
M. anisopliae tidak kompatibel.  Keduanya tidak efektif jika diaplikasikan secara bersamaan untuk mengendalikan hama. 














Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil uji kompatibilitas cendawan entomopatogen M. anisopliae  dengan pestisida nabati ekstrak babadotan tidak kompatibel. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak babadotan menghambat pertumbuhan koloni, daya kecambah konidia dan sporulasi.  Tingkat penghambatan bervariasi bergantung pada jumlah penambahan ekstrak babadotan.

2.  Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pestisida nabati ekstrak daun babadotan dan M. anisopliae tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas N. viridula

Saran
Perlu penelitian lebih lanjut untuk kompatibilitas pestisida nabati ekstrak daun babadotan dan M. anisopliae dengan asal isolat dari beberapa tempat
yang berbeda.





Pustaka Acuan
Andi, S. 2007. Efikasi Ekstrak Babandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap Crocidolomia binotalis Zeller. (Skripsi). Universitas Bengkulu. Bengkulu. 56 pp.

Depieri R.A., S.S. Martinez., & Jr.A.O. Menezes. 2005. Compatibility Of The Fungus Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. (Deuteromycetes) with of Neem Seeds and Leaves and The Emulsible Oil. Neotropical Ent. 34(4): 601-606


Gabriel, B.P. Riyanto. 1989. Metarhizium anisopliae (Metch) Sor: Taksonomi, Patologi, Produksi dan Aplikasinya. Jakarta. 44 hlm.

Harahap, I. S. dan B. Tjahjono, B. 2004. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. 114 hlm.

Kalshoven. 1981.  The Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. Van der Laan. P.T. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.701 hlm.

Mardiana, Y., D. Salbiah., L.J. Hennie. 2015. Penggunaan Beberapa Konsentrasi Beauveria bassiana Vuillemin Lokal untuk Mengendalikan Maruca testulalis Geyer pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). JOM Faperta Universitas Riau. 2(1): 1-11.

Mastro, I.M. 2000. Teknik Produksi Kacang Hijau. Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Denpasar Bali. 142 hlm.

Pracaya. 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
428 hlm.

Prayogo Y. 2009b. Kompatibilitas Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zare & Gams.) dengan Pestisida Nabati untuk Mengendalikan Telur Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis (Hemiptera: Alydidae). 4: 70-76.

Prayogo, Y. 2011. Sinergisme Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii dengan Insektisida Nabati untuk Meningkatkan Efikasi Pengendalian Telur Kepik Coklat Riptortus linearis pada Kedelai. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 11 (2): 166-178.

Prayogo, Y. 2013. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana (deuteromycotina: hyphomycetes) pada berbagai stadia kepik hijau (Nezara viridula L.) J. HPT Tropika. 13(1): 75 – 86
Samsudin. 2008. Virus Patogen Serangga Bioinsektisida Ramah Lingkungan. (Ed) 2008. Diakses Desember  2014 dari http://Lembaga pertanian sehat/ develop Useful innovation for farmers Rubrik.

Sarjan, M. 2007. Potensi Pemanfaatan Insektisida Nabati dalam Pengendalian Hama pada Budidaya Sayuran Organik. Universitas Mataram. Lombok. 7 hlm.

Sianturi, E.S. 2009. Uji Efektivitas beberapa Insektisida Nabati pada Tanaman Kacang Panjang terhadap Hama Maruca testutalis. Universitas Sumatera Utara. Medan. 183 hlm.

Sudarmo, S. 1994. Pengendalian Seranggga Hama Jagung. Kanisius. Jogjakarta. 52 hlm.

Trizelia dan R. Rusli. 2012. Kompatibilitas Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana (bals) Vuill (deuteromycotina: hyphomycetes) dengan Minyak Serai Wangi. J. HPT Tropika. 12(1): 78 – 84.

Widiyanti, N.L.P.M & S. Muyadihardja. 2004. Uji Toksisitas Jamur Metarhizium anisopliae terhadap Larva Nyamuk Aedes Aegypti. Media Litbang Kes. 14(3):1-6.

Willis, M. 2010. Formulasi Pestisida Nabati Berbahan Aktif Eugenol, Sitronela, Sinamoldehid, Curcumin dan Xanthorizol yang Efektif Menekan Conopomorpha cramerella dan Helopeltis sp. pada Kakao (40-50%) dan Tidak Membunuh Musuh Alami. Balitro, Bogor. 31 hlm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar