BACKROS
(Makalah Pemuliaan Tanaman)
Oleh
Siti Jarlina
1524011014
MAGISTER AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pemuliaan tanaman
merupakan proses untuk merancang dan mengembangkan tanaman baru yang sesuai dengan
keiinginan oleh para petani atau masyarakat.
Tahap awal yang dilakukan adalah tahap seleksi. Hal ini penting dalam
menentukan peramalan tanaman yang menjadi varietas unggul, selain itu juga
diperlukan teori-teori dasar dalam menghitung atau menganalisa peramalan agar tahap seleksi menjadi lebih tepat.
Ketepatan pada tahap seleksi dilakukan adengan cara memperluas keragaman
genetik, hal ini biasanya dilakukan dengan cara hibridisasi (persilangan) (syukur,
et al. 2015).
Tahap seleksi menjadi
bagian penting dalam pemuliaan tanaman, walaupun tahap sebenarnya yang paling
penting sebelum melakukan program pemuliaan tanaman adalah penentuan tujuan
program pemuliaan tanaman. Hal ini
mencakup harapan konsumen terhadap varietas yang dikembangkan, seperti hasil
produksi lebih melimpah, tanaman mempunyai kualitas baik, tahan terhadap
cekaman biotik dan abiotik (seperti hama dan penyakit tanaman), serta kebutuhan
akan unsur hara yang efisien (syukur, et al. 2015).
Tahapan seleksi mempunyai
banyak metode, metode tersebut bergantung pada tipe penyerbukan tanaman. Salah satu metode pada tahapan seleksi yang
dapat dilakukan pada semua tipe penyerbukan adalah backros (tetapi sulit
dilakuakn pada tanaman menyerbuk silang). Metode ini paling sering digunakan untuk
menggabungkan satu atau beberapa sifat ke berbagai varietas yang disesuaikan. Sehingga penting untuk mengetahui bagaimana cara
kerja para
pemulia tanaman melakukan
tahapan seleksi dengan menggunakan metode backros (syukur et al, 2015; Harlan et al, 1992 dalam
Hasan et al, 2015).
1.2. Tujuan
Tujuan dari
makalah ini yaitu untuk mengenal dan mengetahui tahapan-tahapan metode backros
dalam pemuliaan tanaman.
II. PEMBAHASAN
Metode silang balik (backros) merupakan prosedur yang digunakan
untuk memperbaiki galur yang sudah ada tetapi perlu ditambah karakter yang
lain, Galur yang hendak diperbaiki yaitu tetua pengulang (recurrent parent)
karakter-karakternya tetap dipertahankan kecuali karakter yang hendak
diintrogressikan dari tetua donor. Galur A (tetua pengulang) disilangkan dengan
galur donor X, selanjutnya F1 atau F2 disilangkan kembali dengan galur A.
Dengan beberapa silang balik dengan galur A akan diperoleh galur A yang
karakternya sama dengan galur tetapi mengandung gen yang diinginkan yang
berasal dari galur X. Dalam silang balik harus jelas karakter yang diinginkan
sehingga dapat diikuti selama proses seleksi (Wahyu et al, 2014).
Pada metode silang balik terdapat dua tahapan yaitu prosedur metode
silang balik untuk gen dominan dan metode silang balik untuk gen resesif (Syukur
et al, 2015)
Gambar 1. Backcross untuk gen dominan (Hasan et al, 2015)
Gambar 2. Backcross untuk gen resesif (Hasan et al, 2015)
Menurut Hasan, et al
(2015) Backros (silang balik berulang) adalah metode pemuliaan yang biasa digunakan untuk mentransfer alel pada
satu atau lebih lokus dari tetua donor ke tetua
pengulang. Diharapkan tetua
pengulang atau recurrent parent (RP) terjadi
pemulihan genom dengan
tingkat 99,2% setelah silang balik ke enam. Proporsi genom RP pulih pada tingkat 1-
(1/2) t + 1 untuk masing-masing generasi silang balik. Namun, setiap keturunan silang balik tertentu
(BC3 atau BC2), akan ada yang menyimpang selama penyilangan sehingga mengakibatkan
peluang besar untuk mendapatkan hasil yang diharapkan yang tidak mungkin untuk
mendeteksi fenotip. Misalnya, dalam populasi BC1, secara teoritis persentase
rata-rata genom RP adalah 75% untuk seluruh tanaman,
tetapi beberapa tanaman
akan memiliki lebih atau kurang dari genom RP daripada yang lain. Tanaman yang mengandung
RP genom tertinggi yang akan dipilih pada tahap tersebut. Metode silang balik
akan mudah dan berhasil dijalankan dengan baik apabila sifat atau karakter yang
akan ditambahkan mudah diwariskan, bersifat dominan, dan mudah dikenali pada
tanaman hasil persilangan (Hasan, et
al., 2015)
Kelebihan
metode silang balik yaitu mempunyai tigkat konrol genetic yang tinggi, sifat
yang akan diperbaiki dapat diterangkan sebelum metode diterapkan, varietas yang
sama dapat dibentuk lagi, pengujian berlanjut tidak dilakukan karena varietas
yang dipilih mempunyai potensi tinggi, masalah genetik dan lingkungan dapat
dikurangi, serta intensitas sifat yang dipindahkan tidak berubah. Sedangkan
kelemahannya adalah jumlah sifat terbatas, tidak cocok untuk sifat kuantitatif
yang mempunyai heritabilitas rendah, sulit diterapkan pada tanaman menyerbuk
silang, selain itu jika gen yang diinginkan terpaut dengan gen sifat yang tidak
diinginkan maka sulit membuang gen tersebut (syukur et al, 2015).
Kelemahan silang balik dengan gen
yang diinginkan terpaut dengan gen sifat yang tidak diinginkan sering terjadi pada metode silang balik secara konvensional. Hal
ini sulit dilakukan karena dapat terjadi linkage (pewarisan alel donor ), untuk
menghindari hal tersebut drag pada seleksi secara konvensional, dibutuhkan 100
generasi silang balik. Sehingga diperlukan penanda gen agar mudah mengeliminasi
gen yang tidak diinginkan oleh pemulia tanaman seperti menggunakan marka yaitu Marker-assisted
backcrossing (MABC) sebagai alat
bantu seleksi dan memerlukan silang balik hanya pada beberapa generasi. Penanda molekuler efektif membantu untuk keperluan seleksi silang
balik dengan cara menseleksi alel-alel target yang efeknya sulit untuk
pengamatan secara fenotipik (Young dan Tanskley, 1989 dalam Lukman,
2013).
Terdapat 2 tipe seleksi yang dikenal pada tahapan silang balik
yaitu seleksi foreground dan background (Hospital, 2003). Seleksi foreground
untuk menseleksi individu tanaman yang mengandung alel donor pada lokus target.
Tujuannya menjaga lokus target dalam keadaan heterozigot (gabungan alel dari
donor dan recurrent parent). Sampai dengan tahap akhir backcrossing, tanaman
kemudian diselfing pada kondisi homozigot dari donor. Sedangkan seleksi
background yaitu mendeteksi alel-alel dari recurrent parent di seluruh genom
(Lukman, 2013).
Pada penelitian Aristya, et
al (2013) Tanaman melon indukan PI 371795 (tahan terhadap powdery mildew)
dengan indukan Action 434 menghasilkan tanaman melon Tacapa. Buah melon Tacapa yang memiliki karakter
fenotip bentuk buah elliptical, warna kulit buah hijau, warna daging buah
kuning, net/jaring jelas dan kuat, memiliki rasa manis, tahan terhadap penyakit
powdery mildew dan mampu ditanam pada kondisi cuaca yang tidak
menentu. Pada tahun 2012 telah dirakit
generasi baru Tacapa yaitu TP hasil persilangan backcross untuk mengetahui
pewarisan gen ketahanan penyakit powdery mildew pada keturunan Tacapa.
Dengan menggunakan MAB pewarisan gen ketahanan penyakit powdery mildew
generasi Tacapa diketahui. Gen ketahanan terhadap powdery mildew (Pm-W)
diwariskan
dari tetua (PI 371795) kepada generasi keturunannya yaitu Tacapa dan hasil
persilangan backcross yaitu TP.
Selain
pada melon, tanaman padi juga berhasil diidentifikasi (gen yang disisipi)
setelah persilangan dengan metode backros. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Seno et al., (2011) Berdasarkan hasil-hasil percobaan yang telah
Introgresi gen aroma (badh2 termutasi) dari donor (Pandan Wangi) ke host
(Ciherang) dapat teridentifikasi dengan marka (MAB). Keberhasilan
introgresi atau pembentukan progeny persilangan (Fl) dan backcross (BC1Fl,BC2F1,
dan BC3Fl) terlihat dari munculnya pita heterozygot pada sampel progeni
persilangan atau backcross.
III. KESIMPULAN
Hal yang
dapat disimpulkan dari makalah ini, bahwa metode backros (silang balik berulang
yaitu metode yang mempertahankan sifat dari tetua berulang dan menyisipkan
sifat dari tetua donor. Hasil dari
persilangan f1 (tetua berulang X tetua donor) akan disilangkan kembali dengan
tetua berulang sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Tetapi metode backros akan
lebih mudah dilakukan jika dibantu dengan penanda molekuler (MAB) agar tidak
terjadi pewarisan alel donor dan
memudahkan dalam melakukan seleksi.
DAFTAR PUSTAKA
Aristya, G. R., A. Agriansyah., B. S. Daryono. 2013. Deteksi dan skrining pewarisan sifat ketahanan
penyakit powdery Mildew pada generasi backcross tanaman melon (Cucumis
melo L.) VAR.TACAPA. Universitas Gajah Mada. pp 294-300.
Hasan,
M.M., M.Y. Rafii., M.R. Ismail, M. Mahmood, H.A. Rahim, Md.A. Alam, Sashkani, Md.A. Malek., and
M.A. Latif . 2015. Marker-Assisted
Backcrossing: A Useful Method For Rice Improvement. Biotechnol Equip. 29(2):
237–254.
Lukman, R., A. Afifuddin., dan Hoerussalam.
2013. Pemanfaatan teknologi molecular breeding dalam pemuliaan ketahanan
tanaman terhadap hama dan penyakit. J. AGROTEKNOS. 3 (2):101-108.
Seno, D.S.H., A.E.Z. HasaN., T.J. Santoso.,
B. Kusbiantoro., Z. Alim Mas'ud. 2011. Identifikasi gen aroma pada
progeni-progeni backcross antara varietas ciherang dengan pandan wangi. J.
llmu Pertanian Indonesia, 16(2): 136-141.
Syukur, M., S.
Sujiprihati., R. Yunianti. 2015. Teknik pemuliaan tanaman. Penebar
Swadaya. Bogor. 348 hlm.
Wahyu, G.A.S., W.
Mangoendidjojo, P. Yudono, dan A. Kasno. Analisis nilai tengah generasi untuk
umur panen keturunan persilangan tiga varietas kedelai. Penelitian
pertanian tanaman pangan. 34(1): 37-41.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar