Rabu, 19 Oktober 2016

laporan praktikum dual culture (trichoderma sp dan culvularia sp)




PENGUJIAN KEMAMPUAN AGENSIA HAYATI (Trichoderma sp.) UNTUK MENGHAMBAT PERTUMBUHAN PATOGEN (Culvularia sp.) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosusL.) SECARA
IN VITRO DENGAN METODE KULTUR GANDA
(Laporan Praktikum Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Tanaman)





Oleh
Fajri Taufik Akbar
Farida Hanum
I Dewa Gede Indrayana
Mustika Adzania Lestari
Novisha kurnia utami
Siti Jarlina



 









PROGRAM STUDI MAGISTER AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016






I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Nanas (Ananas comosusL.) merupakan salah satubuah komoditas perdagangan Indonesia.  Permintaan buah nanas dari tahun ketahun mengalami peningkatan, baik dipasarkan dalam negeri maupun luarnegeri. Permintaan dalam negeri (domestik) semakin meningkat dikarenakan pertumbuhan jumlah penduduk dan sadarnya nilai vitamin padabuah.  Permintaan luar negeri meningkat dapat dilihat dari nilai ekspor nanas Indonesia padatahun 2014 mencapai US$ 193,35 juta (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2015).  Negara tujuan utama ekspor nanas Indonesia adalah Amerika Serikat sebesar US$ 56,32 juta lalu diikuti dengan beberapa negara lainnya.

Menurut FAOSTAT (2011),Indonesia menempati posisi ketujuh dari negara- negarapenghasilnanas segar setelah negara Brazil, Thailand, Filipina, Costa Rica, China, danIndia.  Menurut Badan Pusat Statistik (2013),  produksi buah nanas di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1.837.159 ton atau naik dari tahun sebelumnya (2012) 1.540.626 ton.  Salah satu daerah sentra produksi nanas di Indonesia adalah Lampung. Lampung memproduksi 722.620 ton buah nanas pada tahun 2013 (BPS, 2013).  Agroklimat di Lampungsangat cocok untuk pertumbuhan nanas. Tanaman nanas akan tumbuh baik diketinggian 800-1.200 m dpl pada suhu 23-32 oC dengan intensitas cahaya matahari berkisar 33-71% serta curah hujan sekitar 1000– 1.500 mmper tahun.  Pertumbuhan optimum tanaman nanas antara 10-700 m dpl (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).


Patogen yang menyerang tanaman nanas yaitu jamur Curvularia sp. yang
menyerang bagian daun nanas.  Jamur ini akan menyebabkan daun mempunyai
bercak.  Bercak ini terjadi dimulai  adanya  titik berwarna kecoklatan  pada daun,
titik ini dikelilingi oleh selaput hitam transparan, selaput hitam tersebut akan
berubah menjadi kuning muda (Susanto et al., 2013).

Pada umumnya pegendalianpatogen Curvularia sp.menggunakan fungisida sintetis yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif antara lain resistensi patogen, pencemaran lingkungan,dan juga dapat membahayakan manusia. Untuk mengurangi dampak tersebut perlu dicari alternatif pengendalian lain yaitu dengan memanfaatkan  mikroorganisme yang bersifat antagonis dan telah diketahui mampu menghambat perkembangan patogen (Balitbu, 2008).

Pengendalian penyakityang ramah lingkungan dan berpotensi untuk dapat dikembangkan ialah pengendalian hayati dengan menggunakan mikrobia yang hidup sebagai agen biopestisida secara langsung maupun tidak langsung untuk mengontrol serangan penyakit. Beberapa jenis mikrobia yang sudah banyak dikembangkan dandiaplikasi sebagai bahan baku biofungisida adalah Trichoderma sp., Gliocladium sp., dan Aspergillus niger(Nugroho et al., 2001).

Mikroba antagonis Trichodermasp. merupakanagensiahayatiyang potensialuntuk dikembangkan sebagai pengendali hayati patogen. Agensiahayati Trichoderma sp. Telah banyak digunakan oleh petani di berbagai daerah seperti di Kalimantan Selatan, Yogyakarta dan di Sumatera Barat. Jamur Trichoderma sp. diketahui mempunyai sifat antagonis terhadap Sclerotium rolfsii, Fusarium oxyaporum. f.sp. cubense,danRhizoctoniasolani. Hal tersebut membuktikan bahwa isolat lokal (indigenous) memiliki potensi dalammenekanpatogenyangterdapatdi daerah asalnya. Selanjutnyapengendalianhayati  bersifat spesifik lokal yakni mikroorganisme antagonis yang terdapat di suatu daerah hanya akan memberikan hasil yang baik didaerah itu juga. Mekanisme antagonis yang dimiliki oleh jamur Trichoderma terdiri dari persaingan (kompetisi),parasitisme, antibiosisdan lisis (Arzamartbela, 2009).
Oleh karena itu pengendalian hayati dengan menggunakanmikroorganisme merupakan pendekatan alternatif yang perlu dikaji dan dikembangkan.Hal ini disebabkan karena pengendalian hayati relatif aman dan bersifat ramah lingkungan serta telah banyak dilaporkan bahwa beberapa mikroorganisme antagonis memiliki daya antagonisme yang tinggi terhadap patogen tanaman (Wagiman, 2003).


1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui kemampuan agensia hayati (Trichoderma sp.) untuk menghambat pertumbuhan patogen (Culvularia sp.) pada tanaman nanas secara in vitro dengan metode
kultur ganda.























II. TINJUAN PUSTAKA



2.1TanamanNanas(AnanascomosusL.)


Nanas (AnanascomosusL.) adalah tanaman buah berupa semak yang berasal dari Brasil. Nanas pertama kali masuk keIndonesia pada abad ke-15, dibawa oleh pedagan gSpanyol. Pada awalnya tanaman nanas merupakan tanaman yang dibudidayakan di perkarangan rumah, namun kemudian tanaman ini meluas menjadi tanaman perkebunan (BAPPENAS, 2000).

Menurut  Bartholomew et al. (2003), tanaman nanas diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom       : Plantae
Superdivisio  : Spermatophyta(tumbuhan berbiji)
Divisio           : Magnoliophyta(berbunga)
Kelas             : Liliopsida(monokotil)
Ordo               : Bromeliales
Famili             : Bromeliaceae (nanas-nanasan)
Genus            : Ananas
Spesies            : Ananas comosus (L.) Merr.

Tanaman nanas merupakan tanaman yang bersifat tahunan.  Tinggi tanaman nanas berkisar 50-150cm.  Daun berbentuk pedang, tebal, panjang sekitar ± 100 cm dengan lebar 2-8 cm, ujung daun nanas lancip, tepi daun memiliki duri dan warna daun hijau.  Bentuk buah nanas yaitu bulat panjang,warnadagingnanasmuda berwarnahijau  danwarnadagingnanas tuaataumasak berwarna kuning. Buah nanas muda mempunyai mata berwarna kelabu atau hijau muda, kelopak kecil- kecilyangmenutupi separuh dari mata dan berwarna kelabu keputih-putihan sehinggabuah tampak kelabu. Apabila buah telah tumbuh maksimal (tua atau mature) dan sejalan dengan proses pematangan makawarnanyaberubah (Tim Karya Tani, 2010).

2.2 Jamur patogen Curvularia sp.

Curvularia sp. merupakan patogen bagi berbagai tanaman di daerah tropik dan subtropik. Curvularia sp.mempunyai kisaran inangyangsangat luas, Curvularia sp.dapat menyebabkan penyakitbercak daun pada nanas dan pisang dengan intensitas penyakit sampai 1–32% (Soesanto, 2006).  Jamur ini menyerangmulai padafase pembibitan, bibit tanaman yang terserang Curvularia sp.dapat menyebabkan kematian bibit apabila penyakit ini tidak dikendalikan. Gejalaserangan ditunjukkan oleh adanya bercak yang berbentuk oval dan agak cekung pada daun, warna bercak agak coklat dan berwarna kuning. Bercak daun Curvularia sp.umumnya terjadi pada lingkungan yang kelembabannya tinggi (Escalanteet al.,2010).

Menurut NationalCenterForBiotechnologiInformasi (2011), jamur Curvularia sp.diklasifikasikansebagai berikut:
Kingdom                               : Fungi
Subkingdom                          : Dikarya
Phylum                                  : Ascomycota
Unranked                               : Saccharomyceta
Subphylum                            : Pezizomycotina
Unranked                               : Leotiomyceta
Class                                      : Dothideomycetes
Subclass                                 : Pleosporomycetidae
Ordo                                      : Pleosporales
Subordo                                 : Pleosporineae
Family                                   : Pleosporaceae
Genus                                    : Curvularia
Spesies                                   : Curvularia sp.

2.3  JamurTrichodermasp.

Jamur tanah merupakan salah satu mikroorganisme yang penting di dalam populasi tanah.  Jamur Trichoderma sp. merupakan salah satu dari sekian banyak jamurtanah.  Jamur inibersifat jamurantagonis sehingga dapat mengendalikan beberapa jamur patogen di dalam tanah seperti Phytophthora sp., Pythium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp., Sclerotiniasp.,  Jamur Trichoderma sp.memiliki ciri morfologi sebagai berikut:miselium bersepta, konidioforanya bercabang dengan arah yang berlawanan, konidianya berbentuk bulat atau oval dan satu sel melekat satu sama lain,warma hijau terang.  Setelah konidia atau tubuh buahnya terbentuk maka jamur ini akan terlihat berwana hijau kebiruan. Konidia tersebut mempakan sel tunggal yang berbentuk oval yang saling melekat satu sama lain (Rifai, 1996 dalamArzamartbela, 2009).

Menurut Semangun (2007) , jamur Trichoderma sp. Diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom                   : Mycetaceae
Divisio                       : Amastigomycota
Class                          : Deuteromycetes
Ordo                          : Moniliales
Famili                        : Moniliceae
Genus                        : Trichoderma
Spesies                       : Trichoderma sp.


















III. METODELOGI PRAKTIKUM


3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain cawan petri, jarum ent, bor gabus, bunsen, laminar air flow, tissue, spidol permanen, dan penggaris.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain biakan murni jamur patogen Culvularia sp., biakan murni Trichoderma sp., media PDA, dan alkohol 70%.


3.2 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini antara lain:
1.      Disiapkan cawan petri steril yang berisi media PDA.
2.      Diletakkan potongan bor gabus biakan murni patogen Culvularia sp. dari pinggir petri dan potongan bor gabus biakan murni Trichoderma sp. dari pinggir petri yang berlawanan dengan potongan bor gabus biakan patogen Culvularia sp..
3.      Diukur jari-jari koloni patogen Culvularia sp. yang menuju dan menjauhi koloni jamur Trichoderma sp..
4.      Dihitung persentase penghambatan jamur Trichoderma sp. dengan menggunakan rumus


Persentase penghambatan
Keterangan:
r1        = Jari-jari koloni jamur patogen Culvularia sp. yang berlawanan arah dengan jamur Trichoderma sp.
r2        = Jari-jari koloni jamur patogen menuju ke arah jamur Trichoderma sp. tersebut.






























IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.  Hasil Pengamatan 3 hari setelah aplikasi

Dual culture (Perlakuan)
Gambar

Keterangan
1.













Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7:1,8
cm, dengan Trichoderma  dan curvularia mulai tumbuh luas dikarenakan nutrisi yang cukup ada pada petridish.

Nilai hambatan 61%*
2.











Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7:1,9
cm, dengan Trichoderma  dan curvularia mulai tumbuh luas dikarenakan nutrisi yang cukup ada pada petridish

Nilai hambatan 63%*
3.











Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,8:2,1
cm, dengan Trichoderma  dan curvularia mulai tumbuh luas dikarenakan nutrisi yang cukup ada pada petridish


Nilai hambatan 62%*

4.












Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,4: 1,0
cm, dengan Trichoderma  dan curvularia mulai tumbuh luas dikarenakan nutrisi yang cukup ada pada petridish



Nilai hambatan 60%*






5.




Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7: 1,9
cm, dengan Trichoderma  dan curvularia mulai tumbuh luas dikarenakan nutrisi yang cukup ada pada petridish



Nilai hambatan 63%*



6.














Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7: 1,8
cm, dengan Trichoderma  dan curvularia mulai tumbuh luas dikarenakan nutrisi yang cukup ada pada petridish



Nilai hambatan 61%*











4.2.  Hasil Pengamatan 4 hari setelah aplikasi

Dual culture (Perlakuan)
Gambar

Keterangan
1.





Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7:1,9
cm, dengan Trichoderma mulai menghambat pertumbuhan  curvularia, trichoderma makin meluas dan curvularia mulai berhenti pertumbuhannya karena terhambat


Nilai hambatan 63%*
2.













Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7:2,2
cm, dengan Trichoderma mulai menghambat pertumbuhan  curvularia, trichoderma makin meluas dan curvularia mulai berhenti pertumbuhannya karena terhambat

Nilai hambatan 68%*
3.













Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,8:2,2
cm, dengan Trichoderma mulai menghambat pertumbuhan  curvularia, trichoderma makin meluas dan curvularia mulai berhenti pertumbuhannya karena terhambat


Nilai hambatan 63%*





4.

 



Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,4:1,2
cm, dengan Trichoderma mulai menghambat pertumbuhan  curvularia, trichoderma makin meluas dan curvularia mulai berhenti pertumbuhannya karena terhambat

Nilai hambatan 66%*




5.






Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7: 2,0
cm, dengan Trichoderma mulai menghambat pertumbuhan  curvularia, trichoderma makin meluas dan curvularia mulai berhenti pertumbuhannya karena terhambat

Nilai hambatan 65%*





6.





Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7: 1,9
cm, dengan Trichoderma mulai menghambat pertumbuhan  curvularia, trichoderma makin meluas dan curvularia mulai berhenti pertumbuhannya karena terhambat

Nilai hambatan 63%*











4.3.  Hasil Pengamatan 5 hari setelah aplikasi

Dual culture (Perlakuan)
Gambar
(Curvularia Vs. Trichoderma)
(diameter)
1.











Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7: 1,9 cm, dengan Trichoderma telah menutupi seluruh permukaan cawan petri hingga sedikit pada bagian tepi menutupi Curvularia. Warna kehijauan pekat merupakan warna Trichoderma yang telah mendominasi.
Nilai hambatan 63%*
2.











Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7: 2,2 cm, dengan Trichoderma telah menutupi seluruh permukaan cawan petri hingga  menutupi Curvularia. Warna kehijauan pekat merupakan warna Trichoderma yang telah mendominasi

Nilai hambatan 68%*
3.

 













Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,8: 2,3 cm, Kenampakan awal Curvularia berhasil berkembang dengan diameternya lebih besar dibanding kan dengan perlakuan lain, tetapi kemudian berhasil ditekan oleh Trichoderma pertumbuhannya.

Nilai hambatan 65%*




4.












Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,5:1,4 cm, walaupun terjadi kontaminasi tetapi dengan melihat diameter tersebut bahwa Trichoderma lebih kuat pertumbuhannya dibandingkan Vulcularia walaupun terjadi kotaminasi oleh bakteri

Nilai hambatan 64%*

 





5.




Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7: 2,1 cm, Kenampakan awal Curvularia berhasil berkembang dengan diameternya lebih besar dibanding kan dengan perlakuan lain, tetapi kemudian berhasil ditekan oleh Trichoderma pertumbuhannya.

Nilai hambatan 66%*






6.




Diameter Curvularia kearah mendekati dan menjauhi Tricoderma yaitu 0,7: 1,9 cm, Kenampakan awal Curvularia berhasil berkembang dengan diameternya lebih besar dibanding kan dengan perlakuan lain, tetapi kemudian berhasil ditekan oleh Trichoderma pertumbuhannya.

Nilai hambatan 63%*
*dilampirkan





4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa  luas dan diameter koloni Trichoderma sp. menunjukkan pertumbuhan cendawan pada media selama beberapa hari pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan bahwa luas koloni Trichoderma sp. yang diletakkan berhadapan dengan patogen meningkat secara bertahap pada 3 hsa, 4hsa, dan 5 hsa.  Pada hari pengamatan cendawan ini mampu berkembang secara pesat sehingga memenuhi cawan petri pada pengamatan terakhir.   Luas koloni Trichoderma sp.  yang pada hari kelima pada metode dual culture ini mencapai 7 cm.  Diameter koloni cendawan Trichoderma sp. juga menunjukkan kecenderungan perkembangan yang sama dengan luas koloni. Sedangkan luas pada diameter koloni curvularia sp. pada masing-masing biakan mengalami pertumbuhan pesat pada pengamatan hari ketiga. namun mulai menunjukkan pertumbuhan yang lambat pada hari ke empat sampai ke lima.

Perkembangan luas koloni patogen terhambat dengan kehadiran cendawan Trichoderma, sehingga pada hari kelima luas koloni Curvularia  tertinggi hanya mencapai 3,1  cm pada ulangan ketiga,  Luas diameter koloni patogen lebih rendah dibandingkan luas koloni Trichoderma sp. Hal ini diduga karena adanya agen antagonis Trichoderma sp. yang menghambat pertumbuhan patogen tersebut  melalui mekanisme mikoparasit, antibiosis dan persaingan ruang dan nutrisi. Menurut Sharma dan Dohroo (1991) dalam Arya dan Perello (2010), Trichoderma sp. mampu mengeluarkan senyawa antibiotik seperti gliotoksin dan glioviridin. Pernyataan ini dipertegas oleh Vey et al., (2001), yang menyatakan bahwa Senyawa antibiotik tersebut mempengaruhi dan menghambat banyak sistem fungsional dan membuat patogen rentan.

Persentase hambatan patogen oleh Trichoderma dari hari ke hari menunjukkan kecenderungan semaakin tinggi, di mana pada uji antagonis terhadap curvulari sp  dengan nilai hambatan pada hari kelima paling tinggi yaitu sebesar 68% pada ulangan kedua dan paling kecil persentase hamabatannnya sebesar 63% pada ulangan pertama dan ke enam. Hal ini dikarenakan pertumbuhan Trichoderma dan Curvularia juga dihambat dengan kontaminasi oleh bakteri. Menurut (Soesanto, 2008), penggunaan agensia antagonis yang secara alami ada dan terdapat di lokasi atau daerah tersebut merupakan cara terbaik untuk dijadikan agensia hayati, mengingat agensia antagonis tersebut tidak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

Hasil praktikum ini juga didukung Harman (2012), menyatakan bahwa Trichoderma sp. mampu mengendalikan berbagai jenis cendawan patogen, namun banyak strain Trichoderma sp. yang lebih efisien dalam menghambat beberapa patogen dibandingkan patogen yang lain. Selain Curvularia, Trichoderma juga bisa menghambat patogen lain sebagai contoh penelitian Kuberan et al. (2012), yang melaporkan bahwa Trichoderma sp. asal daun teh mampu menekan perkembangan penyakit brown blight (Glomerella cingulata) yang juga berasal dari daun teh dengan persentase penghambatan yang lebih dari 50%.


























V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Trichoderma sp. dapat menghambat pertumbuhan cendawan patogen Curvularia sp. secara in vitro.
2.      Daya hambat Trichoderma sp. yang paling tinggi Terhadap Curvularia sp.  terdapat pada ulangan kedua yaitu sebesar 68% pada hari kelima.

5.2. Saran
Uji antagonis ini perlu diaplikasikan secara lapang, dikarenakan telah teruji  secara in vitro dan Trichoderma sp. berhasil menghambat pertumbuhan Curvularia sp.


























DAFTAR PUSTAKA



Arya, A and A. E. Perello. 2010. Management of Fungal Plant Pathogen. Publised by CAB International. London.

Arzamartbela, R. 2009. Eksplorasi dan Pengujian jamur Antagonis (Trichorderma sp.) Untuk MengendalikanGanoderma boninense Pat. Penyebab Penyakit Busuk pangkalBatang KelapaSawit SecaraIn Vitro. SkripsiFakultas Pertanian UniversitasLampung. 46 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2013. Data Produksi TanamanNanas. Jakarta. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. Diakases 05 Juni2016, pukul 03.00 WIB.

Balitbu. 2008. Budidaya Nanas. Agro Inovasi Litbang Pertanian. 24 hlm

Bappenas. 2000. SistimInformasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan
TentangTanaman Nanas. Bappenas. Jakarta. 250-278.

Bartholomew,D.P., R.E. Paul, and K.G. Rohrbach. 2003. Pineapple: Botany, Production, and Uses. CABinternational. 13– 33.

Escalante, M., D.Damas,D. Marque, W. Gelvez,H. Chacon, A. Diaz, B.Moreno. 2010. Diagnosis andEvaluation of PestalotiopsisandInsect Vectors in anOil Palm Plantations at the South of MaracaiboLake.Vanujuela.J. bioagro.22 (3): 211 -216.

FAOSTAT. 2011. Top Productin Rice2011. FAOFood and Agriculture

Harman, G. E. 2012. Biological control. Cornell University (Online) (http://www.biocontrol.entomol ogy.cornell.edu/pathogens/tricho derma.html) diakses tanggal 06Juni 2016).

Kuberan, T., R. S. Vidhyapallavi, A. Balamurugan, P. Nepolean, R. Jayanthi and R. Premkumar. 2012. Isolation and biocontrol potential of phylloplane Trichoderma against Glomerella cingulata in tea. J. Agricultural Technology. 8(3): 1039-1050.



National Center for Biotechnology Information (NCBI). 2011. NCBITaxonomy. http://www.gbif.org/species/105142528Diakses 05Juni2016.

Nugroho.S.,H.S.DarwisdanT.Liwang. 2001.Uji Antagonis beberapa isolatTrichodermasp. terhadapUstilinazonatapadamediaPDA. Dalam Prosiding Kongres NasionalXVIdanSeminarIlmiahPekanBaru.Riau.22-24 Agustus.Hlm367-368

Pusat Data dan SistemInformasi Pertanian. 2015.EksporImpor Komoditas
Pertanian. Buletin Triwulanan7 (1): 1-13.

Semangun, H. 2007. Penyakit-PenyakitTanamanHortikultura. Gadjah MadaUniversity. Yogyakarta.Hlm:511– 522.

Soesanto,L. 2006.PenyakitPascapanen. kanisius. Yogyakarta. 257 hlm.

Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Susanto, A., A.E. Prastyo. 2013. Respons Curvularia lunata Penyebab Penyakit
Bercak Daun Kelapa Sawit terhadap  Berbagai Fungisida. J. Fitopalogi
Indonesia. 9 (6) : 165–172

Tim KaryaTani Mandiri.  2010.  Pedoman Bertanam BuahNanas. NuansaAulia.Bandung. 176 hlm.

Vey, A., R. E. Hoagland dan T. M. Butt. 2001. Fungi as Biocontrol Agents: progress problems and potential. In Butt, T. M., C. Jackson and N. Magan (Ed). Toxic metabolite of fungal biocontrol agents. Publishing CAB International. London.

Wagiman, F. X. 2003. Penyakit Tanaman : Ciri Morfologi, Biologi dan Gejala
Serangan. Jurusan Penyakit Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 278 hlm.




































LAMPIRAN






















Persentase hambatan dihitung dari umur 3 HSI sampai 5 HSI. Dengan menggunakan rumus menurut Nugroho et al., (2001) dalam Supriati et al., (2010).

P= r1-r2 x 100%
r1
Keterangan:
P = Persentase penghambatan.
r1 = Jari-jari koloni patogen yang berlawanan arah dengan cendawan antagonis.
r2 = Jari-jari koloni cendawan patogen menuju ke arah cendawan antagonis.

Pengamatan hari ketiga ulangan ke-

1. P= 1,8-0,7 x100 %  = 61%
            1,8

2. P= 1,9-0,7 x100 %  = 63%
            1,9

3. P= 2,1-0,8 x100 %  = 62%
            2,1

4. P= 1,0-0,4 x100 %  = 60%
            1,0
5. P= 1,9-0,7 x100 %  = 63%
            1,9
6. P= 1,8-0,7 x100 %  = 61%
            1,8






Pengamatan hari keempat ulangan ke-

1. P= 1,9-0,7 x100 %  = 63%
            1,9
2. P= 2,2-0,7 x100 %  = 68%
            2,2
3. P= 2,2-0,8 x100 %  = 63%
            2,2
4. P= 1,2-0,4 x100 %  = 66%
            1,2
5. P= 2,0-0,7 x100 %  = 65%
            2,0
6. P= 1,9-0,7 x100 %  = 63%
            1,9

Pengamatan hari kelima ulangan ke-

1. P= 1,9-0,7 x100 %  = 63%
            1,9
2. P= 2,2-0,7 x100 %  = 68%
            2,2
3. P= 2,3-0,8 x100 %  = 65%
            2,3
4. P= 1,4-0,5 x100 %  = 64%
            1,4
5. P= 2,1-0,7 x100 %  = 66%
            2,1
6. P= 1,9-0,7 x100 %  = 63%
            1,9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar